Laman

Jumat, 16 Desember 2011

Sukses Tidak Selalu Identik Dengan Uang!

Menurut kebanyakan orang, sukses itu identik dengan uang, jika bisa menghasilkan uang banyak dan kaya raya maka dianggap sukses. Seorang motivator seperti Mario Teguh pun berkata kalo laki-laki yang sukses adalah yang mampu mencari uang lebih dari yang dibelanjakan istrinya. Pada intinya semua selalu UUD (ujung-ujungnya duit).

                                             
Betulkah sukses identik dengan gelimang uang? Ternyata tidak. Sebuah survey yang dilakukan sebuah majalah di Amerika Serikat menunjukkan kecenderungan bahwa sukses sangat berhubungan dengan pekerjaan. Selain itu, juga berkaitan dengan popularitas dan aktualisasi.

Inilah intisari yang diperoleh tentang penjabaran sukses oleh para responden:






1. Memiliki pekerjaan yang Anda cintai (89%)
Pekerjaan yang dicintai menjadi nomor satu, anggap saja anda bekerja sekaligus mengerjakan hobby anda sehingga mencari uang serasa seperti tidak bekerja. Karena anda sangat menyenangi pekerjaan yang dilakukan biasanya lebih minim terhadap stress daripada mengerjakan pekerjaan yang tidak disukai. Ini memang impian banyak orang termasuk TS.
2. Merasa memiliki keseimbangan kerja dan kehidupan pribadi (82%)
Punya pekerjaan yang menguras tenaga namun masih tetap bisa bersantai, rekreasi, berkomunikasi dan punya banyak waktu untuk keluarga dan teman-teman. Daripada orang kaya banyak uang tapi waktunya dihabiskan untuk bekerja. Banyak orang kaya yang punya banyak uang tapi tidak bisa menikmati kekayaannya karena waktunya terkuras mencari uang akhirnya menjadi stress.
3. Merasa berprestasi (78%)
Aktualisasi diri adalah satu kebutuhan manusia yang cukup penting, merasa punya kemampuan untuk berprestasi, diakui diri sendiri bahwa kita mampu untuk melakukan yang terbaik sehingga meningkatkan percaya diri.
4. Bisa menentukan dan meraih tujuan (70%)
Anak kecil saja memiliki cita-cita yang diinginkan. Sebagai orang dewasa bisa menentukan dan meraih tujuan dianggap salah satu kesuksesan dan tentunya tiap orang punya tujuan berbeda misal si A ingin punya istri seperti Chelsea Olivia atau si B ingin punya pekerjaan dan tinggal di luar negeri.
5. Merasa dihargai tinggi dalam bidang pekerjaan Anda (63%)
Hampir mirip dengan nomor tiga, bedanya aktualisasi diri yang dilihat oleh orang lain. Merasa dihargai oleh orang lain dan dianggap mampu, dianggap profesional dalam bidang pekerjaan anda. Pujian dari rekan kerja, atasan, istri atau orang tua adalah salah satu bentuk reward.
6. Memiliki pekerjaan yang bisa menolong orang lain (55%)
Buat sebagian orang menolong orang lain adalah salah satu kesuksesan. Walau tidak menghasilkan uang banyak namun jika berhasil meringankan beban orang lain dianggap sukses. Ada kebahagiaan tersendiri saat kita berhasil menolong orang lain karena manusia pada hakikatnya adalah mahluk sosial yang harus saling tolong-menolong. Berbanding terbalik dengan para koruptor yang justru banyak uang tapi menyengsarakan banyak orang.
7. Bisa menghasilkan uang banyak (45%)
Nah ternyata uang masuk di poin ketujuh, uang dikalahkan oleh keenam faktor di atas padahal dengan uang orang bisa membeli apa saja yang diinginkan seperti liburan ke luar negeri, gadget canggih, dan lain-lain. Ternyata perasaan nyaman dengan uang banyak tidak sebanding dengan perasaan yang didapat dari keenam poin di atasnya.
8. Bisa melakukan apa yang ingin dikerjakan, meskipun itu tidak menghasilkan banyak uang (38%)
Walau tidak menghasilkan banyak uang tapi keinginan bisa terpenuhi juga salah satu faktor yang dianggap sukses. Kadang orang terikat dengan pekerjaan dan rutinitas yang membosankan, ingin keluar dari zona itu tetapi sulit karena faktor uang. Kebebasan untuk melakukan yang ingin dilakukan tidak bisa dipungkiri adalah salah satu kesuksesan.
9. Bisa terkenal dan ngetop (5%)
Dokter terkenal, pengacara terkenal, artis ngetop, pengusaha yang punya nama. Itu menambah gengsi seseorang. Banyak orang yang rumahnya kecil dan masuk gang tapi mobilnya BMW seri terbaru. Itu semua demi gengsi dan popularitas supaya dapat tanggapan positif dari orang lain. Ada juga orang yang lebih suka kerja di kantor mewah yang bergengsi daripada jualan makanan karena kerja di kantor dianggap lebih bergengsi padahal sebenarnya jualan makanan menghasilkan uang lebih banyak.
10. Bisa lepas dari kontrol orang tua (5%)
Kadang orang tua masih ikut campur dalam urusan pekerjaan atau keluarga. Nah, saat seseorang bisa 100% lepas dari orang tua dan dianggap mandiri adalah salah satu kesuksesan. Makanya sebagian orang setelah menikah tidak mau serumah dengan mertua karena ingin lepas dari kontrol mereka sepenuhnya.

Mengenal Sejarah Ikan Asin


Siapa sih yang gak kenal ikan asin?lkan asin gak hanya digemari oleh masyarakat ekonomi kelas bawah, tetapi juga oleh golongan masyarakat kelas atas. lkan asin gak hanya populer di Indonesia, tetapi juga di negara Asia Tenggara lainnya dan negara-negara maju yang penduduknya mengkonsumsi nasi.

Ikan asin adalah bahan makanan yang terbuat dari daging ikan yang diawetkan dengan menambahkan banyak garam. Dengan metode pengawetan ini daging ikan yang biasanya membusuk dalam waktu singkat dapat disimpan di suhu kamar untuk jangka waktu berbulan-bulan, walaupun biasanya harus ditutup rapat.

lkan asin memiliki cita rasa, aroma, dan tekstur yang sangat khas, apalagi setelah digoreng. Sulit mencari bahan pangan yang setara dengan ikan asin. Di seluruh Indonesia, ikan asin begitu populer sebagai lauk pauk yang lezat dan ternyata tidak hanya disantap sebagai pelengkap sayur asem atau nasi timbel, ikan asin dapat diolah menjadi aneka hidangan.

Ikan Cod asin pertama kali diproduksi di Kanada, Islandia, dan Norwegia, dan telah berlangsung selama lebih dari 500 tahun. Membentuk bahan tradisional masakan dari banyak negara di Atlantik. Tradisional di luar ruangan itu kering oleh angin dan matahari, tapi hari ini biasanya kering di dalam ruangan dengan bantuan pemanas listrik.


Sejarah Ikan Asin

Produksi Cod Asin setidaknya telah ada sejak 500 tahun yang lalu, dengan waktu penemuan Eropa Grand Banks off Newfoundland. Salah satu barang penting dalam perdagangan internasional antara Dunia Baru dan Lama. Yang menyebar di sekitar Atlantik dan menjadi bahan tradisional tidak hanya dalam masakan Eropa Utara, tetapi juga di Laut Tengah, Afrika Barat, Karibia, dan masakan Brasil.

Pengeringan makanan tertua di dunia yang dikenal adalah metode pengawetan, dan ikan kering lebih tahan lama disimpan beberapa tahun. Pengeringan memelihara banyak nutrisi dan. Metode yang murah, pekerjaan yang dapat dilakukan oleh nelayan atau keluarganya, dan produk yang dihasilkan dengan mudah diangkut ke pasar. Pengasinan menjadi layak secara ekonomi selama abad ke-17.

Ikan Cod asin dikenal dengan banyak nama berbeda, karena menjadi bagian dari masakan dari banyak negara Eropa. Sebagai contoh, dikenal sebagai bacalao (Spanyol), bakaiļao (Basque), bacallà (Catalan), morue (Perancis), baccalà (Italia), bacalhau (Portugis), klippfisk / clipfish (Skandinavia), saltfiskur (Icelandic), bakalar (Kroasia), dan buljol (Karibia).

































































Proses Pembuatan Ikan asin

Beraneka jenis ikan yang biasa diasinkan, baik ikan darat maupun ikan laut. Ikan-ikan ini dikumpulkan dalam suatu wadah dan lalu ditaburi atau direndam dalam larutan garam pekat. Ikan-ikan yang besar biasanya dibelah atau dipotong-potong lebih dulu agar garam mudah meresap ke dalam daging.

Karena perbedaan kepekatan dan tekanan osmosis, kristal-kristal garam akan menarik cairan sel dalam daging ikan keluar dari tubuhnya. Sementara itu partikel garam meresap masuk ke dalam daging ikan. Proses ini berlangsung hingga tercapai keseimbangan konsentrasi garam di luar dan di dalam daging.

Konsentrasi garam yang tinggi dan menyusutnya cairan sel akan menghentikan proses autolisis dan menghambat pertumbuhan bakteri dalam daging ikan.

Setelah itu, ikan-ikan ini dijemur, direbus atau difermentasi untuk meningkatkan keawetannya.

Faktor-faktor yang berpengaruh Pada Tingkat Keasinan

Kecepatan penetrasi garam ke dalam tubuh ikan dipengaruhi oleh beberapa hal. Di antaranya:

•Konsentrasi garam
Semakin tinggi konsentrasi garam yang digunakan, semakin cepat proses masuknya garam ke dalam daging ikan. Akan lebih baik apabila digunakan garam kristal untuk mengasinkan.

•Jenis garam
Garam dapur murni (NaCl 95%) lebih mudah diserap dan menghasilkan ikan asin dengan kualitas yang lebih baik. Garam rakyat mengandung unsur-unsur lain (Mg, Ca, senyawa sulfat), kotoran, bakteri dan lain-lain yang dapat menghambat penetrasi garam dan merusak rasa ikan.

•Ketebalan daging ikan
Semakin tebal daging ikan, proses pengasinan akan membutuhkan waktu yang semakin lama dan garam yang lebih banyak. Sehingga ikan-ikan besar biasanya dibelah-belah, dikeping atau diiris tipis sebelum diasinkan.

•Kadar lemak dalam daging
Kadar lemak yang tinggi (di atas 2%) akan memperlambat penetrasi garam ke dalam daging ikan.

•Kesegaran daging ikan
Ikan yang kurang segar memiliki daging yang lebih lunak dan cairan tubuh yang mudah keluar, sehingga proses pengasinan bisa lebih cepat. Namun juga garam yang masuk dapat terlalu banyak sehingga ikan menjadi terlalu asin dan kaku.

•Suhu daging ikan
Semakin tinggi suhu daging ikan, semakin cepat garam masuk ke dalam tubuh ikan.

Ikan asin dan bahan pengawet berbahaya

Pengolahan ikan asin secara tradisional hampir selalu membutuhkan bantuan sinar matahari untuk mempercepat pengeringan, dan mencegah agar ikan tidak menjadi busuk.

Masalahnya matahari tidak selalu bersinar dengan cukup setiap harinya, terutama di musim hujan di mana awan mendung seringkali menutupi langit. Akibatnya, banyak ikan yang tidak terawetkan dengan baik, menurun kualitasnya, dan bahkan menjadi busuk.

Untuk mengurangi kerugian, sementara pengolah mengambil jalan pintas menggunakan bahan-bahan kimia seperti pestisida dan formalin. Bahan-bahan yang berbahaya bagi kesehatan ini digunakan sebagai pengawet tambahan untuk mencegah pembusukan. Formalin juga mencegah pengurangan bobot ikan yang berlebihan akibat menguapnya cairan tubuh ikan yang diasinkan.

Alternatif bahan pengawet tambahan yang aman adalah khitosan. Akan tetapi bahan yang diekstrak dari cangkang udang dan kepiting ini belum populer dan belum diproduksi secara massal di Indonesia.